Pages

Kamis, 20 Januari 2011

SEKILAS MINU TRATEE PUTERA GRESIK

Letak Geografis
Minu Trate Unggulan Putera secara geografis letaknya cukup strategis, karena disamping terletak di tengah-tengah pemukiman penduduk atau masyarakat yang padat juga terletak di jantung kota kecamatan Gresik di kabupaten Gresik, lebih tepatnya yaitu di pertengahan desa Trate. Kira-kira 50 m arah ke selatan dan utara terdapat jalan raya yeng dilalui mobil angkutan umum sehingga siswa dari pelbagai arah dapat dengan mudah menjangkaunya.
Kelurahan Trate merupakan sebuah wilayah yang terletak di tengah perkotaan desa Trate dengan sebuah kantor kelurahan yang jaraknya tidak jauh dari letak Minu Trate Unggulan Putera didirikan. Dengan mayoritas penduduk yang agamis karena sebagian besar beragama islam menjadikan desa Trate bernuansa agama. Tidak mengherankan jika Minu Trate Unggulan Putera merupakan sebuah sekolah dengan basis agama yang cukup kuat.
Pada umumnya masyarakat sekitar bermata pencaharian sebagai pedagang, pengusaha dengan home industri, sebagian lagi berprofesi sebagai pegawai atau karyawan baik pemerintah maupun swasta. Wilayah kota Gresik dengan sebutan kota santri tidak bisa dilepaskan begitu saja dengan keberadaan wilayah Sunan Giri dan Sunan Malik Ibrahim yang menjadikan kota Gresik berstruktur agamis.
 Wilayah Gresik merupakan sebuah kawasan industri dengan beberapa pabrik berskala nasional maupun inernasional, seperti pabrik Semen Gresik, Petrokimia Gresik, Nippon Paint, BHSTEX, dan sebagainya.
Keberadaan industri tersebut menjadikan keadaan masyarakat di wilayah Gresik khususnya desa Trate semakin padat dan kompleks sehingga banyak berdatangan orang luar Gresik menjadi karyawan pabrik dan bermukim di wilayah tersebut. Meskipun bukan menjadi penduduk asli mereka sangat ingin menyekolahkan putra-putrinya di Minu Trate Unggulan Putera sebuah sekolah modern berbasis agama islam yang kuat.
 Minu Trate Unggulan Putera Gresik merupakan sekolah dasar yang berdiri pada tanggal 13 Juli 1942, tepatnya di Jalan K.H. Abdul Karim 60 Gresik.

2. Sejarah Berdirinya Minu Trate Unggulan Putera
Pada masa silam keadaan masyarakat desa Trate sungguh sangat Memprihatinkan (khususnya di kampung gudang), karena di kampong tersebut penuh dengan kemaksiatan,masyarakatnya banyak yang minum-minuman keras, berjudi,seringa mengganggu orang lain sehingga banyak Pemuda Trate yang terpengaruh ikut kedalamnya.
 Pada tahun 1931 seorang pemuda bernama Hasan Basri pergi ke Pondok pesantren Langitan desa Widang Tuban diantar oleh Kyai Abu Amar dari desa Blandongan untuk menuntut ilmu. Tahun 1937 beliau memutuskan berhenti mondok dan memilih tinggal di rumah karena orang tuanya sakit. Tak begitu lama berselang, setelah beliau melihat masyarakat Trate (khususnya kampung gudang) yang memprihatinkan tersebut, maka dalam dirinya timbullah niat untuk memperbaiki keadaan tersebut, dan beliau pergi ke pemangku pondok pesantren Langitan Kyai Abdul Hadi, untuk berpamitan dan mohon doa restu.
 Pada saat berpamitan pemuda Hasan Basri berpesan supaya “Ilmu yang dipelajari pada waktu mondok di pesantren Langitan diamalkan meskipun sedikit”. Sepulang dari gurunya ia mendekati teman-temannya unutk diajak berziarah ke makam-makam Waliyullah tiap malam Jum’at, sampai lebih kurang 9 orang baru pemuda Hasan Basri mengajari mereka belajar huruf arab dan membaca Al Qur’an di rumah orang tuanya.
 Setelah tiga bulan berjalan, anak-anak kecil pun turut belajar mengaji dan belajar huruf arab, tetapi karena suatu sebab maka tempat mengaji berpindah ke rumah bapak Marzuki dengan damper dari kayu untuk mengiris tempe sebagai meja. Ketika tahun 1938 bapak Marzuki wafat maka kegiatan mengaji berpindah ke rumah bapak Malikhan putra bapak Juki kampung Semarangan di gang 17 Trate. Selang hampir satu bulan muridnya bertambah banyak yang akhirnya diputuskan untuk menyewa tempat yang luas yakni rumah bapak H.Toyyib dari Rogo Pekelingan yang mempunyai rumah bu En atau bu Sukhaini. Santri yang mengaji semakin bertambah kemudian dicarikan tempat tambahan di rumah Wak Paku dan berpindah lagi ke rumah bapak Agas (orang Menado yang menikah di Trate).
 Pada tahun 1941 dibentuklah pengurus dan kegiatannya diberi nama Dakwatul Khoiriyah yang didapatkan oleh Hasan Basri ketika beliau mendapat ilham di makam Sunan Giri.
 Mengawali kegiatan ini cobaannya cukup besar dan karena kesabaran beliaulah maka Allah SWT selalu melindunginya. Melihat
perkembangan mengaji dan sekolahan bertambah pesat, pengurus Dakwatul Khoiriyah berusaha mencari tempat yang lebih besar lagi, lalumenemui bapak H. Nur yang mempunyai rumah di kampung gudang. Rumah tersebut akhirnya dibeli dan tahun 1942 dijadikanlah Madrasah Trate sebagai tempat mengaji anak-anak.
 Tahun 1944 pengurus Dakwatul Khoiriyah ditangkap pemerintah Jepang karena mengajarkan pengetahuan agama dan pengetahuan umum yang sangat dilarang pemerintah Jepang pada saat itu. Akhirnya atas dasar pertimbangan K.H.Abdul Manaf Murtadlo (petugas bagian agama tingkat I Jatim) Dakwatul Khoiriyah diubah menjadi SRNU (Sekolah Rakyat Nahdatul Ulama) Trate Gresik.
 Tahun 1949 SRNU ini digunakan sebagai tempat pengajian ibu-ibu Muslimat setelah Ashar yang diasuh oleh Kyai Ibrahim Tamim. Setelah beliau wafat posisi ini digantikan oleh Kyai Abdul Karim, kemudian Kyai Rofa’I Semarangan,Kyai Danyalin dan Kyai Bisri dari Karoyo, Kyai Nur Samsi, Kyai Irfan dari Banjarsari Manyar. Kepengurusan pada saat itu dipegang oleh bapak Hasan Basri dibantu ibu-ibu desa Trate.
 Tahun 1950 madrasah Trate mulai dibangun. Semua masyarakat baik tua-muda, laki-perempuan ikut serta berpartisipasi dalam membangun Madrasah Trate tersebut. Pendanaan yang kurang membuat pengurus mengusahakan pembangunan madrasah melalui para dermawan sedesa Trate. Belajar mengaji tetap berjalan meski di bawah terop milik sinoman Trate. Ketika secara tiba-tiba hujan angin topan datang kegiatan mengaji berpindah ke Langgar Ndukur dan mereka berpindah kembali ke madrasah Trate meski pembangunan belum selesai (madrasah sudah beratap genting tapi belum berubin dan berpagar).
 Tahun 1952 madrasah Trate sudah ditempati anak-anak meski hanya putra saja dengan kepala sekolah bapak Hasbullah dan Hasan Basri sebagai wakil. Perkembangan pendidikan maju pesat dengan jumlah murid semakin bertambah sehingga memerlukan ruang kelas tambahan.
 Tahun 1955 pengurus madrasah yang ada pada saat itu diantaranya adalah :
1. Bapak Munari
2. Bapak Mustofa
3. Bapak Hasan Basri
4. Bapak Hasbullah
5. Bapak H. Akhjab
6. Bapak Mustaqim, dll.
Tahun 1962 pembangunan local madrasah (sebelah selatan) dimulai lagi sebagai dampak banyak

0 komentar:

Posting Komentar